BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.1 latar belakang
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997).
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd, 2009).
Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercak paltouf di permukaan paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian tubuhnya saja.
Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan dan sebab kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam. Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric spasme, perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya bercak paltouf di permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass (Kerr, 1954).
Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yaitu terdapat tanda asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltouf di permukaan paru, berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass (Kerr, 1954).
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 apa itu tenggelam
1.2.2 berapa kali terjadinya tenggelam
1.2.3 bagaimana mekanisme tenggelam
1.2.4 bagaimana pemeriksaan dalam kasus tenggelam
1.2.5 bagaimana analisis diatomae
1.2.6 apa saja contoh kasusnya
1.3 Tujuan
Untuk mempelajari dan mengetahui definisi tenggelam , mekanisme , pemeriksaan , analisis hingga contoh kasus tenggelam.
1.4 Manfaat
Memahami definisi tenggelam , mekanisme , pemeriksaan , analisis hinggan contoh kasus tenggelam.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi tenggelam
Tenggelam ( Drowning ) , Tenggelam adalah mati lemas ( asfikia ) yang disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam rongga pernapasan. Pada korban tenggelam sangat sulit diidentifikasi apakah benar-benar tenggelam atau sudah berada dalam keadaan mati pada saat tergenang di air. Terdapat beberapa istilah tenggelam, yaitu :
Wet drowning ( cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam )
Dry drowning ( cairan masuk ke dalam saluran pernapasan karena spasme laring )
Secondary drowning ( terjadi beberapa hari setelah korban tenggelam, dan meningal akibat komplikasi )
Immersion syndrome ( korban meninggal tiba-tiba setelah tenggelam pada air dingin akibat refleks vagal)
Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam, im dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada waktu pertama kali orang "terjun" ke air, oleh karena gravitasi ia akan terbenam untuk yang pertama kali.
Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan timbul, dan berusaha untuk bernafas mengambil udara; akan tetapi oleh karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga berat jenis korban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya.
Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan akan berlangsung; dan terbentuk gas pembusukan
Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat mengapungkan tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari,
Pada waktu tubuh mengapung oleh karena ter bentuknya gas pembusukan, tubuh dapat pecah terkena benda-benda di sekitarnya, digigit binatang atau oleh karena proses pembusukan itu sendiri; dengan demikian gas pembusukan akan keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang terakhir.
2.2 Mekanisme Tenggelam
2.2.1 Mekanisme tenggelam dalam air tawar
Pada keadaan air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar terjadi absorbsi cairan masuk ke dalam membran alveolus, karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis). Akibat terjadi perubahan biokimiawi yang serius yaitu pengenceran darah yang terjadi, tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya terjadi perubahan keseimbangan ion K dan Ca dalam serabut otot jantung sehingga terjadi anoksia yang hebat pada myocardium dan mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah yang kemudian menimbulkan kematian akibat anoksia otak hebat, ini yang menerangkan mengapa kematian dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.
Tenggelam dalam Air Tawar
inhalasi air tawar
↓
alveolus paru-paru
↓
absorbsi dalam jumlah besar
↓
hipervolemi ← hemodilusi hebat (±72%) → hemolisis
↓ ↓
tekanan sistole menurun perubahan biokimiawi
↓ ↓
fibrilasi ventrikel K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun
↓ ↓
anoksia cerebri → M A T I ← anoksia myocardium
- Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72 % yang berakibat terjadinya hemolisis.
- Karena terjadinya perubahan biokimiawi yang serius , dimana kalium dalam plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadinya anoksia yang hebat pada myocardium.
- Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau sirkulasi menjadi berlebihan,terjadi penurunan tekan sytole dan dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel.
- Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah , tejadi anoksia cerebri yang hebat, hal ini yang menerangkan mengapa kematian terjadi cepat.
2.2.2 Mekanisme tenggelam dalam air asin
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah, sehingga air akan ditarik keluar sampai sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya udem pulmonal, hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah. Pertukaran elektrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, Hemokonsentrasi akan mengakibatkan terjadinya anoksia pada myocardium dan disertai peningkatan viskositas darah sehingga sirkulasi menjadi lambat, tekanan sistolik akan menetap dalam beberapa menit dan menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 5-8 menit setelah tenggelam.
Tenggelam dalam Air Asin
inhalasi air asin
↓
alveolus paru-paru
↓
hemokonsentrasi
↓
hipovolemi ← cairan sirkulasi berdifusi keluar → hematokrit meningkat
↓ ↓
viskositas darah meningkat K+ menurun, Na+ dan Cl- meningkat
↓ ↓
payah jantung K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun
↓
M A T I
- Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar sampai sekitar 42 persen, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu relatif singkat
- Pertukaran elekrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar Natrium plasma
- Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, namun terjadi anoksia pada myocardium dan disertai peningkatan viskositas darah, akan menyebabkan terjadinya payah jantung
- Tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan menetap dalam beberapa menit.
2.3 Pemeriksaan pada kasus tenggelam
2.3.1 PEMERIKSAAN LUAR
Diagnosis pasti penyebab kematian pada kasus tenggelam tidak dapat ditentukan dari pemeriksaan luar, namun beberapa tanda yang ditemukan dapat memperkuat diagnosa. Tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan luar antara lain :
a. Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5⁰F per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam.
b. Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.
c. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan.
d. Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis pada mm.erector pili. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.
e. Washerwoman, penenggelaman yang lama dapat menyebabkan pemutihan dan kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan dan kaki (tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat). Gambaran ini tidak mengindikasikan bahwa mayat ditenggelamkan, karena mayat lamapun bila dibuang kedalam air akan keriput juga.
f. Busa halus putih yang berbentuk jamur (mush room-like mass). Masuknya cairan kedalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernafasan yang hebat. Busa dapat meluas sampai trakea, bronkus utama dan alveoli. Paru-paru akan terisi air dan cairan busa akan menetes dari bronkus ketika paru-paru di tekan dan dari potongan permukaan paru ketika dipoting dengan pisau.
g. Pada lidah ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda bahwa korban berusah untuk hidup atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban kedalam air.
h. Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan reaksi intravital. Sebagaimana sering terdapat benda-banda, seperti rumput laut, dahan atau batu. Ini menunjukkan bahwa waktu korban mati, berusaha mencari pegangan lalu terjadi kaku mayat.
i. Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.
j. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-benda disekitarnya. Luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan darah, sehingga tidak jarang korban dianiaya sebelum ditenggelamkan.
2.3.2 PEMERIKSAAN DALAM
Tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan dalam:
Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut terinhalasi bersama benda air. Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya, pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedang kan yang tampak secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik). Pada keadaan dimana tubuh korban sudah demikian busuknya yaitu sudah terbenam untuk ketiga kalinya, dan baik kulit maupun organ-organ telah hancur, maka pemeriksaan diatom diambil dari sumsum tulang panjang, dan selanjutnya dilakukan proses yang sama.
Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum inter alveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen. Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi inter alveolar, dan sering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut sebagai bercak ”Paltauf”. Bercak ini berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.
Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti. Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga paru-paru sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya. Oleh karena pembesaran paru-paru akibat kemasukan air, maka pada perabaan akan terasa krepitasi oleh karena air. Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat dimana bila berat paru-paru normal adalah 200-300gr, sekarang bisa mencapai lebih dari 1 kilogram. Namun demikian, seiring waktu dapat terjadi proses transudasi cairan dari paru-paru ke rongga pleura sehingga berat paru-paru akan berkurang dan sebaliknya terjadi peningkatan volume efusi pleura.
Emphysema aquosum atau emphysema hyroaerique yaitu paru-paru tampak pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang berwarna kelabu; pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. Emphysema aquosum dijumpai pada sekitar 80 % kasus tenggelam, dan adanya kelainan tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa kematian korban karena tenggelam. Mekanisme terjadinya peristiwa ini yaitu air yang terinhalasi akan mengiritasi membran mukosa dari saluran pernapasan dan menstimulir sekresi mukus; pergerakan pernapasan dari udara yang ada dalam saluran pernapasan mengocok substan tersebut sehingga terbentuk busa.
Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang merah gelap dan cair, tidak ada bekuan. Bila ciri diatas tidak ditemukan pada pemeriksaan dan penyebab lain dari kematian telah disingkirkan, maka kematian yang terjadi dapat disebabkan oleh atypical drowning. Pada kasus ini tidak ada gejala khas yang dapat menentukan secara pasti diagnosis dry drowning kecuali tidak atau hanya sedikit cairan dalam paru. Penegakan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan luar dan dalam serta penelusuran korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit yang dideritanya. Hal yang mungkin sedikit membantu adalah menemukan adanya tanda asfiksia pada korban seperti adanya tanda sianosis pada bibir dan jaringan bawah kuku, pelebaran pembuluh darah mukosa konjungtiva dan kelopak mata, tampak adanya edema paru, dapat pula cairan dalam perut tetapi hal ini dapat mengindikasikan dry drowning atau korban sudah meninggal sebelum di dalam air. Kasus yang termasuk dalam kategori dry drowning dalam forensik adalah kasus tenggelam yang terjadi sesaat atau kurang dari 24 jam dari kejadian dimana pada pemeriksaan dalam tidak atau hanya sedikit cairan yang ditemukan dalam paru.
2.3.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya, pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedang kan yang tampak secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik). Paru-paru, hati, ginjal, dan bone marrow telah di analisa dan kesimpulan telah diambil berdasarkan ditemukannya atau tidak ditemukannnya organisme ini. Untuk mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan asam sulfat dan asam nitrat, kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat dibawah mikroskop. Saat ini penggunaan analisa diatome cenderung digunakan pada sistem yang tertutup seperti sumsum tulang femur atau kapsul ginjal dari tubuh yang belum membusuk. Diagnosis pada kasus tenggelam dari analisa diatome harusnya positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas 20 diatom / 100 ul lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sample paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ. Namun demikian, tes ini memiliki keterbatasan akibat sulitnya menyingkirkan kemungkinan kontaminasi. Diatom dapat masuk ke sirkulasi lewat saluran gastrointestinal (misalnya lewat makanan) atau lewat saluran napas (diatom secara normal dapat ditemukan di udara dalam jumlah kecil), sehingga diatom yang ditemukan haruslah cocok dari sumsum tulang dan tempat dimana tenggelam. Pemeriksaan diatom dapat merupakan bukti yang kuat yang dapat mendukung dan dapat menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih hidup atau tidak.
b. Beberapa tes telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir untuk menentukan apakah seseorang tenggelam. Tes Gettler chloride adalah yang paling terkenal, dimana menganalisa darah yang berasal dari sisi kiri maupun sisi kanan jantung. Jika kadar klorida dalam darah sisi kanan jantung lebih kurang dari sisi kiri, orang tersebut dianggap tenggelam dalam air laut dan begitu sebaliknya jika tenggelam dalam air tawar. Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan grafitasi spesifik darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah disebut di atas tidak pasti dan tidak mendukung dalam menyimpulkan tenggelam.
2.4 Analisis diatomae
Pemeriksaan Diatom (Destruction Test) Keseluruhan prosedur dalam persiapan bahan untuk analisa diatom meliputi contoh air dari dugaan lokasi tenggelam, contoh jaringan dari hasil otopsi korban, jaringan yang dihancurkan untuk mengumpulkan diatom, konsentrasi diatom, dan analisa mikroskopis. Pengumpulan bahan dari media tenggelam yang diduga harus dilakukan semenjak penemuan jenazah, dari air permukaan dan dalam, menggunakan 1 hingga 1,5 L tempat steril untuk disimpan pada suhu 4°C, di dalamnya disimpan bahan-bahan dari korban dugaan tenggelam yang diambil dengan cara steril., kebanyakan berasal dari paru-paru, ginjal, otak, dan sumsum tulang. Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam tubuh korban. Karena adanya anggapan bahwa bila orang masih hidup pada waktu tenggelam, maka akan terjadi aspirasi, dan karena terjadi adanya usaha untuk tetap bernafas maka terjadi kerusakan bronkioli/bronkus sehingga terdapat jalan dari diatome untuk masuk ke dalam tubuh. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu:
1. Ambil potongan jaringan sebesar 2-5 gram (hati, ginjal, limpa dan sumsum tulang).
2. Potongan jaringan tersebut dimasukkan 10 mL asam nitrat jenuh, 0,5 ml asam sulfat jenuh.
3. Kemudian dimasukkan lemari asam sampai semua jaringan hancur.
4. Warna jaringan menjadi hitam oleh karena karbonnya.
5. Ditambahkan natrium nitrat tetes demi tetes sampai warna menjadi jernih.
6. Kadang-kadang sifat cairan asam sehingga sukar untuk melakukan pemeriksaan, oleh karena itu ditambahkan sedikit NaOH lemah (sering tidak dilakukan oleh karena bila berlebihan akan menghancurkan chitine).
7. Kemudian dicuci dengan aquadest. Lalu dikonsentrasikan (seperti telur cacing), disimpan/diambil sedikit untuk diperiksa, diteteskan pada deck gelas lalu keringkan dengan api kecil.
8. Kemudian ditetesi oil immersion dan diperiksa dibawah mikroskop. (Apuranto, 2010)
2.5 contoh kasus
2.5.1 Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam
Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi berupa korban terbenam dalam cairan dan cairan tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru Diatom (tumbuhan air) pada air yang terhirup ketika korban tenggelam masuk melalui alveoli dan pembuluh darah tersebar keseluruh tubuh. Adanya diatom pada jenasah yang diduga mati tenggelam menunjukkan bahwa korban masih sempat bernafas saat masih didalam air. Pemeriksaan diatome pada korban diduga tenggelam merupakan prosedur rutin yang harus dilakukan Hasil pemeriksaan yang positif pada pemeriksaan diatom sangat membantu, tetapi hasil yang negatif tidak memastikan bahwa korban tidak meninggal dikarenakan tenggelam Terdapat beberapa cara pemeriksaan diatom, dari yang paling sederhana menggunakan sediaan basah mikroskopis, hingga tingkat molekuler (DNA), tiap tiap jenis pemeriksaan memeiliki akurasi dan tingkat keberhasilan yang berbeda beda.
2.5.2 KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM: LAPORAN KASUS
Tenggelam merupakan suatu proses masuknya cairan ke dalam saluran nafas atau paruparu yang menyebabkan gangguan pernafasan sampai kematian. WHO mencatat tenggelam menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia akibat cedera yang tidak disengaja. Penegakan penyebab kematian akibat tenggelam dapat dilihat dari pemeriksaan luar jenazah, pemeriksaan dalam jenazah, dan pemeriksaan tambahan baik pemeriksaan diatom ataupun pemeriksaan darah pada jantung. Dilaporkan suatu kasus kematian akibat tenggelam yang dibuktikan dengan ditemukannya busa putih halus dari hidung dan mulut, tanda-tanda hipoksia, dan washer woman’s hand dari pemeriksaan luar, ditemukannya busa putih halus pada tenggorok dan paru-paru, cairan pada kedua rongga dada, bercak paltauf, peningkatan massa paru-paru dari pemeriksaan dalam, dan ditemukannya ganggang hijau dan merah pada pemeriksaan diatom. Dari pemeriksaan tambahan lainnya yaitu pemeriksaan toksikologi, ditemukan kadar etanol dan metanol dalam darah dan urin yang tinggi sehingga besar kemungkinan kejadian tenggelam tersebut diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf pusat akibat kadar alkohol yang berlebihan.
Comments
Post a Comment