BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Entomologi
forensic atau medikolegal science adalah ilmu yang mempelajari serangga yang berhubungan dengan
jasad tubuh. Pada lingkungan yang sesuai
serangga akan membentuk koloni pada jasad tubuh beberapa saat setelah kematian.
Perkembangan serangga seiring dengan waktu dapat digunakan untuk menentukan
waktu kematian dengan tepat.
Penentuan kematian merupakan hal yang penting
dalam suatu kasuskriminal. Hal ini bila dikaitkan dengan proses penyidikan,
oleh karena penyidik lebih terarah dan selektif dalam melakukan
pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku tindak pidan. Pada kasus
kriminal dapat ditetapkan kapan waktu kematian,menghilangkan kemungkinan
yang tidak sesuai dengan kasus, dan memperkuat atau menyangkal suatu alibi.Benar tidaknya alibi
seseorang yang diduga mempunyai
hubungan dengan sebab kematian korban dapat diketahui dari saat kematian korban. Hal ini dapat diketahui dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang yang meninggal dunia (post mortem).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam makalah ini yakni:
1. Bagaimana
definisi entomologi
2. Bagaimana
klasifikasi serangga
3. Pengumpulan bukti Enthomologis
4. Bagaimana Memperkirakan waktu post mortem tehnik entomologi
5.Bagaimana cara Analisis tanah
1.3 TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui:
1. Bagaimana definisi entomologi.
2. Bagaimana klasifikasi serangga.
3. Mengetahui Bagaimana pengumpulan
bukti Enthomologis
4. Untuk Memperkirakan waktu post mortem tehnik entomologi
5. Mengetahui forensik cara Analisis tanah
pada
1.4 MANFAAT
1. Kita dapat mengetahui tentang entomologi Forensik
2. Kita dapat mengertahui Bagaimana Memperkirakan
waktu post mortem teknik entomologi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 ENTOMOLOGI FORENSIK
2.1.1
DEFINISI
Entomologi
forensic atau medikolegal science adalah ilmu yang mempelajari serangga yang berhubungan dengan
jasad tubuh. Pada lingkungan yang sesuai
serangga akan membentuk koloni pada jasad tubuh beberapa saat setelah kematian.
Perkembangan serangga seiring dengan waktu dapat digunakan untuk menentukan
waktu kematian dengan tepat.
2.1.2 Karakteristik serangga
Serangga
adalah anggota dari kelas insekta hewan tidak bertulang belakang filum
artropoda. Serangga dapat berupa lalat, nyamuk, jengkrik, kecoa,
rayap, kumbang, kupu-kupu, ngengat, semut, tawon dan lebah. Serangga dewasa
biasanya dapat dibedakan dari binatang lainnya dengan beberapa
ciri khas yang jelas. Hampir beberapa di antaranya ditutupi permukaan luar yang
keras disebut exoskeleton, yang terbagi atas kepala, dada, perut, 3 pasang kaki
yang menempel pada dada, 1 pasang antena di kepala, mata yang besar dan 1 atau
2 pasang sayap.
Serangga
dewasa akan menetaskan telur dan serangga yang imatur akan keluar dari
telur dan beberapa kelompok terlihat sangat mirip dengan induknya, kecuali bila
berukuran lebih kecil dan tidak punya sayap. Serangga yang imatur
ini disebut nimfa, secara periodik melepaskan
kulitnya dan bertambah besar. Nimfa melewati fase pergantian
kulit dan menunjukkan semua karakteristik dewasa. Jangkrik, kecoa dan
turunan dari beberapa serangga yang dikenal, tumbuh perlahan-lahan seperti
siklus di atas. Tetapi, beberapa serangga melewati 3 stadium
yang berbeda dalam perkembangannya yaitu telur. larva, dan pupa. Tidak satupun
dari stadium ini yang menyerupai bentuk induknya. Larva yang menetas dari
telurnya, umumnya memilikitubuh yang lunak dan
menyerupai ulat bulu, belatung. Dalam pertumbuhannya, larva melepaskan
kulitnya dan bertambah besar.
Pada
dasarnya, larva akan menyelubungi permukaan luar kulitnya menjadi
kepompong, yang akan menjalani stadium perkembangan sebelum dewasa. Stadium
ini disebut pupa. Serangga bentuk dewasa nantinya akan keluar dari pupa
tersebut. Kupu-kupu, rayap, lalat, kumbang, dan beberapa serangga
lain berkembang dengan cara ini. Banyak dari spesies serangga yang penting
dalam forensik melewati tahap perkembangan yang terakhir ini.
2.1.3
Pengumpulan Bukti Entomologis
Sebaiknya bukti-bukti entomologis dikumpulkan oleh seorang Ahli entomologis karena seorang entomologis sudah
terlatih untuk mengidentifikasi, mengumpulkan serangga dan dapat mengetahui
mana yang penting dan mana yang tidak penting.
· Pengumpulan bukti entomologis pada lokasi kejadian
Bukti – bukti entomologis yang diambil harus berasal
dari lokasi kejadian. Pada suatu kasus yang besar, setiap sentimeter dari
lantai harus diperiksa dengan teliti dan setiap bukti potensial harus difoto,
dibuat sketsanya dan dikumpulkan. Sebelum bukti entomologis diambil dari
lokasi, lingkungan di sekitar lokasi harus diamati dan difoto terlebih dahulu.
Deskripsi hasil juga meliputi:
1. Daerah geografi: kota, desa, alamat jika ada, dsb
2. Tipe Habitat: gurun, hutan, di dalam
apartmen, daerah kumuh,
padang rumput dsb.
3. Area : berbatu, pegunungan, atau dataran rendah
4. Tipe vegetasi: tanaman yang ada., jika spesifik dikirim ke botanis
5. Tipe tanah: berpasir, berkerikil,
berlumpur, atau artificial (semen, batu-
batuan dsb).
Deskripsi tentang mayat
termasuk:
1.Jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan
2. Ada atau tidaknya pakaian dan deskripsi tentang pakaian.
3. Postur mayat: duduk, berbaring, tengkurap dsb
4.Benda benda di sekitar mayat:terbungkus,tertutup dengan Tanaman.
5. Kerusakan fisik: luka terbuka, memar dan daerah kerusakan.
6. Penyebab kematian
7. Stadium pembusukan
8.Serangga yang ditemukan,jika memungkinkan termasuk
fotografi Lengkap. Dicatat juga data tentang iklim yang
lengkap tiap jam.
Perkembangan serangga berupa
aktivitas dewasa, termasuk penetasan telur dan perkembangan imatur. Juga
dicatat hal-hal yang aneh ditemukan pada TKP. Jika terdapat konsentrasi
belatung, kemudian tekan dengan lembut pada permukaan. Hal ini akan
mengakibatkan belatung-belatung bergerak di sekitar termometer sehingga
mengurangi kemungkinan kerusakan pada jasad.
·
Pengumpulan bukti blow flies
Perkembangan blow flies adalah
bukti entomologis yang paling penting
untuk menentukan waktu kematian pada hari pertama dan seminggu setelah kematian. Setiap stadium sangat penting.
Berikut adalah ringkasan teknik
mengumpulkan bukti entomologis blow flies.
Ø Telur
Lokasi : Dekat
luka dan orifisium
Koleksi
hidup : Simpan
setengah dari sampel untuk Keperluan identifikasi nanti letak dalam vial diatas
potongan hati sapi dan tutup menggunakan 2 lapishanduk dan ikat menggunakan karet
pengikat.Tulis pada
vial tempat waktu pengambilan sampel
Koleksi cadangan : Simpan
setengah sampel pada vial dengan Ethanol
75-90 % atau isopropil lkohol 50 % dengan segera setelah pengambilan sampel. Tulis pada vial tempat dan
waktu pengambilan
sampel
Catatan
: Kumpulkan sampel secara terpisah dengan cara mengambil dari beberapa
area observasi dan catat waktu menetas nya telur.Telurmenjadi bukti tidak penting jika sudah didapatkan belatung.
Ø Feeding larvae
Lokasi :
Pada tubuh, Luka atau orifisium dapat ditemukan pada konsentrasi belatung dapat ditemukan di
seluruh tubuh.
Koleksi hidup : Sama seperti telur.
Koleksi cadangan : Sama seperti telur, jika memungkinkan, taruh larva pada air
panas dengan cepat sebelum ditaruh pada alkohol.
Catatan : Ambil sampel sebanyak 100–200,ambil
dari beberapa tempat
berbeda dan simpan terpisah,ambil menggunakan forcep
tumpul,
kuas kecil atau spatula jangan menaruh larva
berlebihan
pada 1 vial.
Ø Prepupal nonfeeding larvae
Lokasi : Pada tanah, rambut, baju, benda yang membungkus
jasad.
Koleksi hidup : Sama
seperti telur dan feeding larvae.
Koleksi cadanga : Sama seperti feeding larvae.
Catatan : Tidak memerlukan makanan
Ø Pupae
Lokasi
: Sama seperti prepupal dan nonfeeding
larvae.
Koleksi hidup : Simpan pada vial
dengan sedikit potongan Handuk yang
lembab
untuk mencegah kerusakan, Tutupmenggunakan handuk
kering dan ikat dengan karet pengikat, tidak perlu memberikan
makanan.
Catatan : Pupae bewarna coklat gelap dan sering ditemukan.jauh dari
jasad, seringkali terlihat sebagian dari tanaman. Dapat
berukuran sangat kecil
dari milimeter hingga 1,5sentimeter.
Ø Puparia atau kantung pupa
Lokasi : Sama seperti pupae
dan nonfeeding larvae.
Koleksi
hidup : Tidak ada, kantung pupa tidak hidup
Koleksi cadangan : Simpan dalam keadaan kering pada vial, gunakan
handuk sebagai bantal untuk puparia dalam vial, tutup
menggunakan
tutup vial.
Catatan :
kantung pupa menandakan bahwa siklus hidup
Sudah
lengkap
Ø Blow flies dewasa
Lokasi
: Diseluruh bagian jasad.Ambil menggunakan kuas
kecil
yang basah.
Koleksi hidup : Simpan
pada vial, tidak memerlukan udara.
Koleksi cadangan : Jangan
simpan jika sayap masih terlipat; taruh Pada vial
kering
dan biarkan mongering, beri tanda sebagai lalat
yang
baru menetas.
Catatan :
Berguna jika baru saja menetas
·
Pengumpulan
Lalat
jenis lain
Lokasi : Diseluruh bagian jasad,
mungkin ditemukan pada baju dan persendian. Gunakan jaring atau kuas kecil yang basah
Koleksi :
Dapat disimpan dalam vial dan tetap hidup tidak memerlukan udara.
Koleksi imatur : Simpan dan jaga agar tetap hidup dalam vial
dengan potongan
handuk basah. Simpan sebagian dalam keadaan hidup.
Catatan : Serangga yang
dewasa dan imatur sangat penting.
·
Pengumpulan
Beetles
Lokasi : Dimana
saja, dibawah jasad, disekitar jasad atau di
baju.Ambil
menggunakan jaring atau kuas kecil yang basah.
Koleksi dewasa : Dapat disimpan dalam keadaan hidup atau
taruh dalam alkohol
Koleksi imantur : Simpan dalam keadaan hidup dengan handuk
basah simpan
per individu
karena beetles punya sifat kanibalisme. Simpan
sebagian dalam alkohol. Setiap pupa sebaiknya
disimpan
dalam keadaan hidup.
Catatan
:Serangga dewasa dan imatur sangatlah penting, kedua-duanya
bergerak dengan
cepat kulit larva dan kantung pupa sebaiknya
juga disimpan
·
Pengumpulan
Sampel
tanah
Serangga tanah dan hewan tidak bertulang belakang sebaiknya tidak usah disingkirkan.
Sample tanah dikumpulkan dan dibawa ke laboratotium. Ambil sebanyak kurang
lebih 4 gelas. Taruh pada kaleng yang ukurannya 2 kali dari sampel. Sampel
tanah biasanya diperiksa entomologis di laboratorium.
·
Protokol pengumpulan specimen entomologi
:
Prosedur
koleksi
1.
Serangga yang terbang
Lebih
kurang 10-15 menit daerah sekitar mayat harus dikosongkan, agar dapat menangkap
serangga menggunakan net. Serangga yang sudah ditangkap dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi 70-80% etil alkohol atau isopropyl alkohol. Perbandingan
isopropyl alkohol dan air adalah 1:1, Jika tidak serangga akan mengeras dan
susah diidentifikasi. Sebaiknya tidak menggunakan formalin, kecuali jika
terdesak. Perlu untuk
diketahui tempat di mana lalat ditemukan, diberi label, bagaimana cara
mengumpulkan siapa yang mengumpulkan dan waktu pengumpulan.
2. Serangga yang merayap
Serangga dikumpulkan harus dilabel berdasarkan tempat
ditemukannya. Serangga diambil menggunakan forcep atau tangan. Harus
menggunakan sarung tangan setiap waktu. Serangga yang ditangkap ada 2 jenis:
serangga dengan badan yang keras, seperti
kumbang dan serangga dengan badan lunak. Tindakan terhadap
serangga yang berbadan keras dilakukan sama halnya dengan
serangga yang terbang.Untuk yang berbadan lunak perlu
perlakuan khusus, karena lebih susah diidentifikasi. Mereka terdiri dari dewasa
dan belum matur. Serangga yang belum matur lebih susah untuk di
identifikasi, sehingga biasanya mereka dibiarkan terlebih dahulu. Serangga ini dibagi menjadi dua kelompok,kelompok
yang pertama Akan dibunuh dan
dianalisa entomologi, sedangkan kelompok yang kedua dibiarkan hidup untuk
identifikasi spesies.
Serangga yang belum matur umumnya
berupa belatung, dibunuh dan dimasukkan kedalam solusi KAA selama 5-10
menit tergantung ukuran belatung
kemudian dipindahkan ke etil alkohol 70 % atau isopropyl alkohol yang ditambah
air dengan perban dingan 1:1 solusi KAA
digunakan untuk melepaskan bagian luar
permukaan serangga atau kutikula.
Jika tidak dilakukan alkohol akan masuk dilakukan,
alkohol akan masuk ke dalam tubuh dan membuat tubuh serangga
menjadi hitam dan busuk. Solusi KAA terdiri atas 1bagian asam asetat, 1 bagian
minyak tanah, 30 bagian etil alkohol 95%.Jika KAA tidak ada, dapat digunakan
air panas76,7 oC selama 2-3 menit
dan ditransfer ke etil alkohol 70% untuk penyimpanan.
3. Pemberian
Label
a. Tanggal pengumpulan
b. Waktu pengumpulan
c. Lokasi ditemukan pada tubuh, sespesifik mungkin.
d.Tempat ditemukan tubuh: di dalam
rumah, di semak-semak, di pegunungan
e.Daerah tubuh dimana spesimen
ditemukan, jangan bercampur dengan specimen dari daerah tubuh lain.
f.Nama,
alamat, dan nomor telepon dari kolektor.
2.1.4
Memperkirakan waktu post
mortem dengan teknik entomology
Ahli patologi forensik menggunakan beberapa metode yang
lazim
digunakan dalam membuat perkiraan saat kematian adalah pengukuran penurunan
suhu tubuh (algor mortis), interpretasi lebam (livor mortis) dan kaku mayat
(rigor mortis), interpretasi proses dekomposisi, pengukuran perubahan kimia
pada vitreous, interpretasi isi dan pengosongan lambung.
Akan
tetapi , parameter medis tersebut sering dipengaruhi oleh banyak variable lain, yang
sampai sekarang masih tidak diketahui dengan pasti dan
parameter medis tersebut dinilai sedikit atau bahkan tidak dapat dipergunakan
sama sekali bila lama kematian sudah lebih dari 72 jam. Setelah melewati
waktu lebih dari 72 jam, bukti entomologis merupakan bukti yang
paling akurat dan merupakan satu – satunya metode yang tersedia untuk
menentukan lama waktu kematian. Walaupun parameter medis sering digunakan
untuk memperkirakan lama kematian yang baru terjadi dalam bebrapa jam, dalam
keadaan normal serangga selalu tertarik dengan jasad tubuh segera setelah
kematian, sehingga dapat juga digunakan dalam memperkirakan waktu awal setelah
kematian.
Aplikasi
yang paling sering dilakukan pada entomologi adalah menentukan waktu kematian,
petunjuk adanya manipulasi pergerakan terhadap tubuh korban, letak luka,
tanda-tanda penyiksaan, ciri-ciri kiminalitas dan apakah korban menggunakan obat-obatan atau
racun. Serangga dapat juga untuk analisis toksikologi dan sumber materi DNA
untuk analisa beberapa kasus dari ektoparasit seperti nyamuk atau kutu.
Memperkirakan waktu kematian
Tubuh
yang membusuk merupakan mikro habitat yang
baik sebagai sumber makanan bagi beberapa organisme seperti bakteri,
jamur, hewan pemakan bangkai. Dalam hal ini serangga merupakan yang paling
dominan. Serangga yang terdapat pada mayat biasanya
menunjukkan spesies tertentu yang hidup pada daerah tertentu. Sebagai
contoh, di Hawaii, terdapat satu spesies yang hanya ada di daerah
tersebut, begitu juga di daerah tropis. Namun dengan perkembangan zaman,
perpindahan spesies dapat terjadi dengan mudah. Sehingga spesies yang awalnya
ditemukan di satu daerah, dapat ditemukan juga di daerah lain.
Serangga yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi empat kelompok :
a. Spesies
Necrofagus
Ini
merupakan spesies yang biasanya memakan jaringan tubuh mayat. Yang
termasuk dalam spesies ini Diptera (Caliiphoridae dan Sarcophagidae)
dan Coleoptera (Silphidae dan Dermestidae). Spesies dalam kelompok ini adalah yang paling signifikan
untuk memeperkirakan waktu kematian selama stadium awal pembusukan.
b. Parasit
dan predator yang memakan spesies necrofagus
Kelompok
ini adalah kelompok kedua terbanyak yang ditemukan pada mayat. Yang
termasuk kelompok ini adalah Coleoptera (Silphidae, Staphylinidaedan
Histeridae), Diptera (Calliphoridae dan Stratiomyidae) dan parasit
Hymenoptera. Larva Diptera, yang merupakan necrofagus pada
awal perkembangannya akan menjadi predator pada akhir perkembangannya.
c.
Spesies Omnifora
Yang
termasuk kategori ini adalah semut, tawon dan beberapa kumbang yang memakan
jaringan tubuh mayat serta serangga tertentu. Dalam jumlah
besar mereka dapat menurunkan waktu pembusukan dengan
memakan spesies necrofag.
d. Spesies
lainnya
Kategori
ini termasuk spesies yang menggunakan mayat sebagai habitat mereka, seperti
pada kasus Collembola, laba-laba dan kelabang. Kategori ini meliputi Acari pasa famili Acaridae,
Lardoglyphidae, Winterschmisdtiida, yang memakan jamur yang
tumbuh pada mayat. Dan juga berhubungan dengan Gamasida dan
Actinedida, termasuk Macrochelidae, Parasitidae, Parholaspidae,
Cheyletidae dan Raphignathidae yang memakan kelompok Acarine dan Nematoda.
Kepentingan Menentukan Lama
Kematian
Menentukan lama kematian adalah hal yang
sangat penting, baik criminal ataupun tidak. Pada semua kasus kematian,
merupakan halyang penting bagi keluarga korban untuk mengetahui kapan korban
meninggal. Menentukan waktu kematian juga diperlukan untuk mengetahui lama dari
dari suatu penipuan dilakukan. Sebagai contoh seseorang mengaku adalah satu-satunya orang yang menjaga kedua kakaknya yang sudah
berumur dan orang tersebut menerima tunjangan pensiun untuk
dirinya dan kedua kakaknya. Ketika orang tersebut akhirnya meninggal, ditemukan
bahwa sebenarnya kedua kakaknya sudah lebih dahulu meninggal dan
dimumifikasi. Dengan menentukan lama
maka dapat dihitung beasar dan lama penipuan yang dilakukan orang tersebut.
Menentukan Lama Kematian
Dalam
ilmu kedokteran memperkirakan saat kematian tidak dapat dilakukan daengan satu metode
saja. Dalam ilmu kedokteran
memperkiraan saat kematian tidak dapat
dilakukan dengan satu macam metode saja, gabungan dari 2 atau lebih metode akan
memberikan hasil perkiraan yang lebih akurat dengan rentang
bias yang lebih kecil.
Metode yang pertama dengan memperkirakan
pertumbuhan dari larva diptera yang merupakan
awal dari lalat (blow flies).
Teknik ini dimulai sejak ditaruhnya telur
lalat hingga lalat yang pertama muncul dari pupa dan meninggalkan jasad,
sehingga sangat berguna dalam hitungan jam hingga berminggu- minggu setelah
kematian. Metode yang
kedua adalah dengan berdasarkan prediksi,
yaitubanyaknya kolonisasi pada tubuh oleh serangga.Hal ini dapat digunakan
sejak beberapa minggu setelah kematian hingga yang tersisa hanya tulang –
tulang. Metode ini tergantung pada umur dari sisa jasad dan jenis serangga yang
ada.
Perkembangan Larva Diptera
Lalat akan tertarik pada jasad tubuh segera setelah
kematian. Lalat yang
pertama kali tertarik dengan jasad umumnya adalah blow
flies (berukuran besar, agak metalik, sering kali terlihat dekat
makanan atau tempat sampah), akan tetapi pada beberapa bagian dari dunia
lalat flesh flies yang terlebih dahulu tertarik dengan
jasad.Blow flies tergolong pada family Calliphoridae,
ordo Diptera.
Pada tahun 1958 ditemukan 13 spesies dari
Calliphoridae dan Sarcohagidae yang ditemukan pada mayat di Washington. Penelitian ini
menjadi dasar yang digunakan untuk
memperkirakan usia belatung
yang didapat pada mayat. Belakangan
ini para peneliti mulai mengulang dan memperbaiki penelitian tentang siklus
perkembangan dan ukuran belatung yang
dipengaruhi oleh suhu. Data yang paling banyak ditemukan dalam forensic adalah
spesies diptera. Serangga merupakan Seranggahewan berdarah dingin, sehingga temperature
tubuhnya dipengaruhi oleh suhu sekitar lingkungan. Ketik suhu lingkungan
meningkat, laju pertumbuhan seranga lebih cepat, sehingga ketika suhu
lingkungan menurun, laju pertumbuhan serangga jadi lebih lambat.
Perkembangan dari serangga dapat diperkirakan analisis dari serangga paling tua yang terdapatpada jasad, analisis dari serangga paling tua disertai dengan pengetahuan mengenai kondisi meteorologis dapat digunakan untuk menentukan berapa lama serangga berkoloni di jasad, sehingga dapat menentukan lama kematian.
Perkembangan dari serangga dapat diperkirakan analisis dari serangga paling tua yang terdapatpada jasad, analisis dari serangga paling tua disertai dengan pengetahuan mengenai kondisi meteorologis dapat digunakan untuk menentukan berapa lama serangga berkoloni di jasad, sehingga dapat menentukan lama kematian.
Pada penelitian tentang penguraian, aktivitas lalat biasanya dimulai 10 menit segera setelah kematian, tapi hal ini tidak selalu sama pada beberapa kasus seperti pada kasus tenggelam dan mayat dibungkus, aktivitas lalat bisa lebih lambat. Faktor iklim seperti cuaca yang berawan, turun hujan, dapat menghambat atau menghentikan aktivitas lalat dewasa. Lalat jantan dan betina memerlukan makanan protein sebelum ovari dan testis berkembang dan oogenesis dan spermatogenesis terjadi. Blow flies berkembang dimulai dari telur melalui instar stages 1, instar stages 2, instar stages 3, pupa dan dewasa.
Lalat
yang terbang akan hinggap pada mayat dan menetaskan sampai 300 telur dan sampai
3000 untuk sepanjang hidupnya. Stadium pertama larva akan ditetaskan dari telur. Pada
stadium ini larva sangat rentan dan mudah mengalami kekeringan. Larva tidak
dapat keluar dari kulit yang membungkusnya, sehingga mereka bergantung pada
cairan protein sebagai asupan makanan, karena itu lalat betina akan
menaruh telur pada tempat yang memudahkan akses makanan bagi telur. Luka
merupakan sumber protein yang sangat baik, terutama darah, sehingga luka – luka
merupakan tempat bertelur yang paling pertama. Apabila pada jasad tidak ada
luka, lalat betina akan menaruh telur di dekat orificium atau pada lapisan
mukosa dikarenakan jaringan tersebut lembab dan lebih mudah dipenitrasi bila dibandingkan dengan epidermis normal.
Daerah wajah umumnya dikolonisasi lebih dahulu, kemudian daerah genital, hal ini disebabkan karena daerah genital hampir selalu ditutupi oleh pakaian. Pada kasus – kasus pemerkosaan benda – benda seperti darah dan semen akan menarik perhatian lalat dengan cepat.
Setelah melewati waktu-waktu tertentu, dipengaruhi oleh suhu dan jenis spesies, larva stadium 1 akan melepas kutikula dan mulutnya, dan memasuk iinstar stage 2 atau larva stadium 2. Larva stadium 2 berukuran lebih besar, lebih bisa bertahan hidup dan dapat mempenetrasi kulit dengan mengeluarkan enzim proteolitik dan menggunakan mulutnya yang lebih kuat. Stadium ini adalah waktu bagi larva utuk makan kemudian berkembang memasuki instar stages 3, meninggalkan kutikula dan mulut yang dipakai selama stadium 2. Larva stadium tiga memiliki siklus hidup yang lebih panjang dari larva stadium satu dan dua dan akan bertumbuh menjadi 7-8 kali ukuran awal. Pada instar stage 3 larva menjadi banyak makan dan berkumpul sebagai satu masa yang besar sehingga dapat menghasilkan panas yang signifikan. Kumpulan larva ini dapat menghabiskan banyak jaringan dalam waktu yang singkat. Pada stadium ini bagian penyimpanan makanan yang terletak di foregut dapat terlihat dengan warna hitam dan bentuk oval pada jaringan translusent dari belatung.
Setelah
periode makan yang intensif, instar stage 3 akan
memasuki stadium nonfeeding stage atau wandering stage.
Pada stadium ini tidak ditemukan perubahan fisik, walaupun terjadi
perubahan fisiologis pada
organ internal, tetapi dapat ditemukan perubahan sikap yang signifikan.Ketika larva memasuki nonfeeding
stage, larva akan menjauh dari sumber makanan dan mencari tempat yang
sesuai untuk menjadi pupa. Tempat itu antara lain adalah tanah disekitar,
karpet, rambut atau baju dari jasad. Larva mungkin akan mengubur diri beberapa
sentimeter didalam tanah atau merangkak bermeter-meter untuk mendapatkan tempat
yang cocok untuk menjadi pupa. Pada stadium ini disebut “prepura”.
Pada
akhir stadium ini larva akan memendek
dan menjadi translusen. Pupasi akan dimulai
sejak belatung prepupa mulai berkontraksi. Belatung tidak akan meneglupaskan
kutikula yang tumbuh pada instar stage 3, akan tetapi kutikula tersebut akan
menghilang sedikit demi sedikit dan serangga akan mensekresikan sejumlah
substansi kutikula yang akan membuat warna pupa menjadi keras dan berwarna
hitam untuk membentuk puparium. Bagian yang disebut dengan pupa adalah serangga
yang hidup, dengan bagian kantung pupa yang mengalami pengerasan atau puparium
yang berguna sebagai struktur
nonvital yang membungkus serangga.
Akan tetapi pada umumnya yang dianggap sebagai pupa adalah bagian puparium
danserangga yang hidup dalamnya, sedangkan kantung pupa yang ditinggalkan setelah
lalat terbang disebut sebagai kantung pupa.
Didalam
kantong pupa yang mengalami pengerasan ,serangga bermetamorfosis atau
berubah menjadi lalat dewasa. Pada masa ini jaringan-jaringan imatur akan rusak
dan akan digantikan dengan jaringan yang matur. Setelah selesai lalat dewasa
akan merobek ujung kantung pupa dengan memperbesar dan mengkontraksikan
plitinum (kantung yang berisi darah yang
terdapat pada kepala). Bagian ujung dari kantung pupa atau operkulum akan robek
dan membelah menjadi dua bagian. Lalat dewasa yang baru akan meninggalkan
kantung pupa dan robekan operkulum sebagai bukti bahwa sudah melewati siklus
dengan sempurna. Lalat yang baru keluar dari pupa tidak memiliki warna biru
metalik atau kehijauan seperti pada lalat dewasa. Sayap dari lalat baru keluar
terlipat lipat, dengan kaki yang tinggi, kurus, dan lemah, badan berwarna
abu – abu dan bagian kepala belum terbentuk sempurna karena adanya
ptilinum yang belum mengalami retraksi. Pada stadium ini lalat sangat mudah
dimangsa dan walaupun tidak dapat terbang lalat tersebut dapat berlari dengan
cepat dan akan bersembunyi hingga sayapnya kering dan dapat terbang. Setelah
itu tubuh lalat akan terlihat
berwarna hijau metalik.
Lalat dewasa yang terbang merupakan tanda forensic yang signifikan karena
mengindikasikan bahwa siklus dari lalat blow flies telah
lengkap terjadi pada jasad. Lalat yang dapat terbang tidak dapat
digunakan sebagai identifikasi karena tidak bisa dibedakan antara lalat
yang baru dating atau sudah berkembang, tetapi lalat yang baru saja keluar dari
pupa dan belum dapat terbang dapat digunakan untuk memperkirakan waktu
kematian. Ditemukannya pupa yang kosong juga mengindikasikan bahwa siklus dari
lalat pada jasad telah lengkap. Seluruh siklus hidup dari lalat dapat
diprediksi. Siklus tersebut sangat
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, spesies, nutrisi, kelembapan dan lain –
lain. Akan tetapi dari semua faktor diatas yang paling berpengaruh adalah
temperature.
Ketika menentukan
perkembangan lalat untuk menentukan waktu kematian perlu mengetahui beberapa
hal antara lain
a.
Stadium tertua dari blow flies yang
berhubungan dengan jasad
Sangatlah penting untuk mengetahui sampai
sejauh mana siklus hidup dari lalat yang sudah terjadi. Seperti halnya
temperatur yang mempengaruhi perkembangan serangga, serangga yang mengalami
perkembangan paling depan adalah serangga yang pertama kali mencapai jasad. Tidak ada
gunanya menentukan larva yang
berada pada instar stage 2 bila dapat
ditemukan pupa kosong. Pupa yang kososng mengindikasikan bahwa ada serangga
yang sudah menyelesaikan siklus hidupnya. Apabila pada pemeriksaan didapatkan
larva pada stadium instar stage 3 pemeriksa harus memeriksa daerah baju, rambut
dan sekitarnya untuk menentukan apakah
sudah ada larva yang memasuki nonfeeding stage. Apabila ditemukan
larva pada nonfeeding stage pemeriksa
harus mencari apakah ada pupa atau tidak. Bila tidak ditemukan pupa
maka pemeriksa dapat mengambil kesimpulan bahwa stadium terdepan yang
dialami lalat adalah nonfeeding
stage atau prepupal
third instar stage.
b.
Spesies serangga
Entomologi
harus dapat mengidentifikasi spesies dari blow flies. Setiap
spesies memiliki perkembangan siklus yang
berbeda- beda, akibatnya setiap spesies harus dapat dikenali. Lalat dewasa memiliki kriteria
diagnostik yang lebih banyak untuk dibedakan dengan antara yang satu dengan
yang lain, sedangkan larva harus dibedakan dari bagian mulut dan bentuk
morfologis lainnya. Pemeriksaan DNA juga dapat digunakan untuk menentukan
spesies serangga terutama pada keadaan seperti larva pada instar stage
1 yang sulit untuk dibedakan dan bila spesimen mengalami
kerusakan.
c.
Data temperature
Serangga
sangat bergantung pada temperatur,
karena itu sangat penting untuk mnegetahui temperature dilokasi. Biasanya
tempeatur ditentukan dengan mengambil data dari Badan Meteorologi Geofisika.
Sering terjadi kesalahan dalam menentukan temperatur di tempat kejadian karena data temperature yang digunakan terkadang kejadian
diambil bukan dari lokasi jasad,sehingga data temperature yang
diperkirakan tidak mencerminkan temperature yang dialami Untuk mengatasihal ini
biasanya digunakan alat perekam temperature dilokasi yang akan mencatat
temperature selama 2 hingga 3 minggu.
d.
Data perkembangan
Untuk
dapat menentukan umur serangga yang paling tua, entomologi harus mengetahui
kecepatan perkembangan siklus dari spesies serangga yang berkoloni.
Informasi ini dapat diambil dari literaturyang menerangkan perkembangan siklus setiap spesies disertai dengan pengaruh
temperature pada perkembangan serangga
Setelah mendapatkan ke 4 informasi diatas kita dapat menjawab pertanyaan ”Dalam kondisi seperti ini, berapa lama waktu yang dibutuhkan spesies ini untuk mencapai stadium ini.” Waktu kematian merupakan salah satu hal yang menjadi pertanyaan yang biasanya diajukan pada kasus pembunuhan, tetapi sangat sulit untuk dipecahkan. Entomologi dapat memberikan titik terang untuk permasalahan ini.
e.
Penguraian
Banyak
penelitian tentang penguraian yang dilakukan di seluruh negara dan kondisi
lingkungan yang berbeda. Mayoritas dari penelitian dilakukan pada daerah tropis
dan subtropis.Penelitian tersebut membagi proses penguraian ke dalam lima
stadium.
Ø Fresh Stage (Stadium Awal)
Pembusukan merupakan komponen utama dari kematian dan berakhir dengan
adanya pembengkakan. Serangga yang pertama kali dbagian kepala dan anogenital.
Luka merupakan tempat kedua yang menarik bagi spesies daerah tropis di Hawai,
tetapi juga dapat menjadi tempat utama.
Ø Bloated
Stage (Stadium Pembengkakan)
Pembusukan
merupakan komponen utama dari penguraian, dimulai dari stadium ini. Gas
diproduksi dari aktivitas metabolic oleh bakteri anaerob yang menyebabkan
sedikit pengembangan dari abdomen dan pada akhirnya mayat akan tampak seperti
balon. Temperatur tubuh yang meningkat selama stadium ini mengakibatkan proses
pembusukan dan aktovitas metabolic oleh larva Diptera yang memakannya.
Calliphoredae sangat menyukai lalat pada stadium ini. Saat mayat membengkak,
cairan dipaksa keluar dari rongga-rongga tubuh dan meresap kedalam tanah.
Cairan ini berkombinasi pad produksi amoniak yang berasal dari aktivitas
metabolic larva diptera, menyebabkan tanah dibawah mayat tersebut menjadi
alkalin dan binatang yang tinggal pada tanah tersebut akan menjauh.
Ø Decay
Stage (Stadium Pengancuran)
Pada
stadium ini dimulai dengan pengelupasan kulit, menyebabkan keluarnya gas dan
mayat mulai mnegempis. Pada akhir dari stadium ini, larva diptera telah
menghabiskan hamper seluruh daging mayat. Sedangkan pada Calliphoidae dan
Sarcophagidae pada akhir stadium penghancuran, telah menyelesaikan stadium
perkembangan mereka dan telah meninggalkan mayat untuk kemudian masuk dalam
stadium pupa.
Ø Post
Decay Stage (Stadium Setelah Penghancuran)
Adapun
sisa yang tertinggal berupa kulit, kartilago dan tulang, Diptera tidak lagi
jadi spesies yang dominan. Coleoptera mendominasi stadium ini. Selain dari
peningkatan spesies ini, juga terjadi peningkatan parasite dan predator dari
kumbang
.
Ø Skeletal
Stage (Stadium Skeletal)
Pada
stadium ini hanya tertinggal tulang dan rambut, dan mulai kembalinya binatang
yang tinggal pada tanah dibawah mayat tersebut. Stadium ini dapat ditemtukan
lamanya dari variasi binatang normal pada tanah serta kondisi local diman mayat
ditemukan. Pada dasarnya perkiraan perkiraan usia dari belatung yang ditemukan
pada mayat dapat menunjukan waktu minimal sejak kematian. Misalnya jika usia
belatung dioerkirakan lima hari maka kesimpulannya kematian seharusnya telah
terjadi paing sedkit lima hari, tapi dapat terjadi enam , tujuh hari atau
lebih.
Dasar
ilmu forensic entomologi adalah mengukur lama serangga berkoloni pada jasad,
bukan menentukan waktu terjadinya kematian. Telur lalat dapat diletakkan pada
jasad dalam hitungan menit atau satu hari kemudian jika jasad dalam keadaan
terkubur, terbungkus atau berada pada lokasi dengan temperature yang rendah
sehingga menghambat kolonisasi serangga. Bila kondisi lingkungan memungkinkan
untuk terjadinya kolonisasi segera setelah kematian, terdapat hal-hal lain yang
dapat mempengaruhi proses kolonisasi, contohnya pada satu kasus dimana
seseorang dibunuh pada musim panas ketika siang hari dan ditinggal dalam
keadaan berlumuran darah, maka dapat diperkirakan bahwa serangga akan segera
berkoloni dalam hitungan menit pada jasad, akan tetapi hal ini belum tentu
benar.
Hal-hal
yang biasa digunakan sebagai acuan oleh entomologis adalah waktu minimal
kematian dan perkembangan siklus serangga. Beberapa serangga mungkin akan
berkembang lebih lama dari perkiraan karena itu menggunakan waktu inimal
kematian dapat meningkatkan keakuratan. Perkiraan waktu kematian sangat penting
untuk kepentingan investigasi dalam mendukung atau menolak kesaksian. Sebagai
contoh pada kasus ditemukannya jasad yang sudah mengalami dekomposisi, kemudian
seseorang dating dengan kesaksian bahwa dia baru saja melihat kejadian pembunuhan yang terjadi pada jasad tersebut,
dapat dipastikan bahwa kesaksiannya tidak dapat digunakan. Pada kasus lain
dapat ditemukan dua kesaksian yang subyektif dan bertolak belakang, dengan
menggunakan bukti-bukti entomologi yang bersifat objektif maka akan dapat
diketahui kesaksian mana yang benar.
Kolonisasi
pada jasad
Jasad
dari hewan atau manusia merupakan nutrisi yang memfasilitasi perubahan
ekosistem yang cepat. Dalam hitungan menit bahkan detik setelah kematian,
serangga (terutama blow flies) akan hinggap dijasad membentuk koloni. Seiring
dengan proses dekompossi, jasad semakin tidak menarik bagi koloni yang pertama
dan menarik serangga lainnya. Perubahan biologis, kimia dan fisik akan menarik
serangga lain untuk mengubah komposisi koloni yang akan terus terjadi hingga
tidak ada nutrisi yang dapat digunakan dari jasad. Jenis serangga yang akan
membentuk koloni pada jasad dipengaruhi oleh keadaan nutrisi pada jasad,
keadaan geografis, habitat, musim, kondisi meteorologis.
Selain
itu dapat juga memperkirakan waktu kematian berdasarkan adanya fakta bahwa
serangga yang ditemukan pada tubuh akan berganti seiring berjalannya waktu dan
terjadinya proses pembusukan. Tidak hanya jenis serangga pada tubuh mayat saja
yang dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian, jika tubuh mayat
terbaring pada tanah untuk beberapa periode waktu, serangga dan hewan tidak
bertulang lainnya yang ada pad tanah dibawah mayat tersebut juga akan berganti.
Pengetahuan
tentang kejadian ini dapat memungkinkan entomologis untuk memperkirakan berapa
lama tubuh terbaring pada lokasi ditemukannya. Benda lain yang dapat digunakan
untuk kepentingan entomologis antar lain adalah kulit larva, feses, dan
membrane peritropik yang berasal dari Coleoptera : Dermestidae. Membran ini
memberi garis pada bagian perut dari serangga dan terbuang bersamaan ketika
serangga tersebut defekasi pada kasus-kasus
terkadang dapat ditemukan dilokasi sekitar jasad hingga bertahun-tahun.
Menentukan
apakah
jasad dipindahkan
Serangga
dapat digunakan untuk menentukan apakah setelah kematian jasad dipindahkan atau
tidak. Sebagai contoh seseorang dibunuh disuatu tempat, kemudian jasadnya
dipindahkan dengan maksud disembunyikan. Segera setelah kematian, serangga yang
berada ditempat itu akan hinggap diluka luka
dan berkoloni. Ketika jasad tersebut dipindahkan maka serangga-serangga
dari tempat lokasi pembunuhan terbawa ke tempat baru.
Serangga
dan hewan bertulang belakang yang memakan tubuh korban didalam tanah berbeda dengan yang
dilingkungan terbuka. Perbedaan ini juga menjadi dasar untuk menetukan apakah
korban telah dikuburkan sejak awal kematian atau berada dilingkungan terbuka
sebelum dikuburkan.
Posisi
luka
Cara
kematian berbeda dengan penyebab kematian. Sebagai contoh cara kematian dengan
tikaman atau bacokan , sedangkan penyebab kematian akrena kehilangan darah.
Penyebab kematian ,menjadi wewenang patologi forensic. Sedangkan entomologis
dipanggil untuk memberikan pendapat tentang cara kematian., khususnya pada
kasus-kasus dimana tubuh berada pada stadium lanjut pembusukan.
Pemeriksaan
untuk memriksa bekas luka berdasarkan kolonisasai serangga harus dilakukan
dengan hati-hati. Sebagai contoh seringkali adanya belatung pada daerah
genital dianggap sebagai kasus
pemerkosaan. Apabila pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa serangga
yang berkoloni didaerah genitalia adalah yang paling tertua, hal ini
mengindikasikan adanya pemerkosaan (luka atau semen pada daerah genital
mengakibatkab serangga tertarik), tetapi bila pada pemeriksaan lebih alnjut
ditemuakan bahwa kolonisasi pada daerah genital dan daerah lainnya sama atau
bahkan lebih lambat hal ini menunjukan bahwa kolonisasi yang terjadi adalah
normal, tidak mengindikasikan pemerkosaan.
Menghubungkan
tersangka dengan kejadian
Sebagai
contoh, terjadi suatu pemerkosaan pada pertengahan musim panas. Korban wanita
mengaku pelaku menggunakan topeng ski. Seorang suspek terindikasi dan dalam
proses penggeledahan rumahnya ditemukan topeng ski, suspek mengaku bahwa tidak
menggunaakannya sejak musim dingin tahun lalu. Pada pemeriksaan lebih lanjut
ditemukan pada topeng tersebut didapatkan sedikit cacat berupa lekukan dan
didalam lekukantersebut didapatkan ulat. Setelah dilakukan analisis didapatkan
bahwa topeng tersebut dipastikan digunakan pada musim panas.
Obat
Serangga yang
berkolonisasi pada jasad memakan jaringan jasad sehingga secara tidak langsung
mengkonsumsi substansi yang terdapat pada jasad. Zat tersebut bisa berupa
alcohol, racun dan obat. Alkohol adalah produk normal yang dihasilkan dari
proses dekomposisi, sehingga serangga umumnya dipengaruhi oleh adanya substansi
alcohol. Apabila kematian disebabkan oleh racun atau obat, baik dalam maksud
terapetik atau pembunuhan maka dapat mengakibatkan perkembangan dari serangga.
Pada
kasus pembunuhan dan keracunan jaringan tubuh hamper seliruhnya dimakan oleh
belatung yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan jaringan berupa cairan toksik
sehingga dapat digunakan untuk anlisa toksikologi. Analisa serangga untuk
menentukan racun atau obat dapat dilakukan pada larva dan diptera serta
coleopteran dewasa dan coleopteran exuviae. Obat dapat mempengaruhi
perkembangan dari serangga, yaitu mempercepat atau memperlambat perkembangan,
karena itu entomologis harus memperhatikan pernyataan dari ahli toksikologi.
Kelalayan manusia
Pada kasus-kasus
ditemukan bahwa larva hanya memakan bagian jaringan yang sudah nekrotik,
agngrean dan jaringan yang rusak. Sebagai comtoh pada pengadilan entomologis
dapat memberi pernyataan bahwa popok seorang bayi tidak diganti selama lima
hari karena dalam empat atau lima hari pada pemeriksaan didapatkan belatung yang
memakan jaringan yang rusak
2.1 Analisis
Tanah
2.1.1
Pengertian Tanah
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak
bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi secara biologi berfungsi sebagai
habitat biota (organisme) Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang
dibantu oleh organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi.
2.1.2
Pengumpulan Benda Bukti Tanah
Pengumpulan
sampel tergantung dari lokasi kejadian :
1.
Lokasi kejadian indoor
Ø Meninggalkan jejak berupa tanah pada alas
kaki, Sampel
dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode vakum.
*Alat
khusus yang dimaksud mempunyai layar yang terbuat dari metal dimana terdapat kertas penyaring yang melekat
diatasnya.
Ø
Alat
penyaring dikeluarkan dan diberi label berdasarkan tanggal, lokasi, waktu dan
nama teknisi yang menjalankan alat tersebut.
2.2.3 Pemeriksaan dan analisis tanah demi kepentingan
Forensik
Ø Langkah awal deteksi tanah pada kasus
Menyisir
lokasi pada radius tertentu yang diduga kuat lokasi dimana jenazah berada.
Ø Cara deteksi adanya jenazah yang sudah
1. Melalui analisis tanah(melihat tekstur
tanah,pH),tanah yang terjadi proses dekomposisi jenazah pH cenderung lebih basa.
2. Deteksi adanya gas menggunakan detektor
gas,pada proses pembusukan jenazah akan mengeluarkan berbagai gas seperti H2S
3. Melalui metode probing,mendeteksi
perubahan yang terjadi pada tekstur tanah
4. Dengan menggunakan metode deteksi
jenazah dengan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis kandungan dan
komposisi tanahnya
5. Menggunakan metode stratigrafi,yaiu cara
memperhatikan segala bentuk gangguan yang terjadi pada horizon-horizon tanahnya
2.2.4
Analisis sampel tanah yang dibuat secara
visual dan mikroskopis
Pemeriksaan tanah asam, konsistensi,
warna dan kandungan mineral
Ø Dengan bantuan difraksi sinar-X (GC / MS) dapat digunakan
untuk mengidentifikasi berbagai komponen, kriminalis dapat memeriksa dan
membandingkan mineral yang hadir dalam sampel tanah.
Ø Kromatografi gas / spektroskopi massa terpisah dalam sampel tanah.
Ø Teknik laboratorium lain yang disebut Differential
termal analisis berguna. Premis balik analisis termal diferensial adalah
bahwa memecahkan tanah dan menyerap panas dalam kecepatan yang berbeda. Dalam
analisis ini, sampel tanah dipanaskan, dan titik di mana bagian bawah istirahat
meleleh atau hasil
dicatat. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan sifat termal yang sama dari
tanah lainnya, untuk menentukan apakah mereka cukup konsisten untuk
dipertimbangkan.
Pencarian
benda asing
Bahan tanaman seperti daun atau bahan
hewani seperti rambut, gigi atau kuku
CONTOH KASUS
Ada kasus menarik
yang menunjukkan keunikan setiap jenis material bumi terhadap posisi
geografisnya.
Kasus ini terjadi
pada tahun 1925 di California, Amerika Serikat.
Seorang wanita bernama J.J. Loren
dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong. Beberapa bagian tubuhnya berhasil
ditemukan di daerah El Cerrito, California. Termasuk yang ditemukan adalah
potongan telinga. Namun bagian tubuh lainnya belum dapat ditemukan. Edward
Heinrich meneliti dan menyimpulkan bahwa butiran pasir yang ditemukan di
telinga itu tidak berasal dari lumpur dimana potongan telinga itu ditemukan.
Ini artinya telinga dan potongan tubuh ini pernah dikubur di suatu tempat lain.
Setelah meneliti butiran pasir ini, Heinrich menyimpulkan bahwa ada butiran
pasir pantai yang menempel. Ia berasumsi bahwa butiran ini berasal dari suatu
sungai yang mulai memasuki laut. Akhirnya, setelah mempelajari peta, ia
mendapatkan lokasi terdekat yaitu di Pulau Bay Farm, yang jaraknya 12 mil dari
lokasi penemuan awal. Akhirnya ditemukanlah keseluruhan potongan tubuh di bawah
jembatan antara Alameda dan Pulau Bay Farm.
BAB
III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Entomologi forensic
atau medikolegal science adalah ilmu yang mempelajari serangga yang berhubungan dengan
jasad tubuh. Pada lingkungan yang sesuai
serangga akan membentuk koloni pada jasad tubuh beberapa saat setelah kematian.
Perkembangan serangga seiring dengan waktu dapat digunakan untuk menentukan
waktu kematian dengan tepat.
Perhitungan untuk
menghitungnya ada cara nya yaitu
ADH = waktu (hours)
X (temperature – temperature basal)
ADD = waktu ( days)
X (temperature – temperature basal )
Waktu yang digunakan adalah waktu
tahapan perkembangan serangga yang dapat diketahui dari literatur yang sudah
ada.sementara temerature basal adalah melalui stasium badan meterologi.
Sementara temperature basal adalah temperature fisiologi terendah yang setiap
serangga memiliki nilai temperatur fisiologi terndah yang setiap serangga
memiliki nilai temperatur yang berbeda-beda
Nilai
temperatur basal
Sebagai contoh
ditemukan larva instar III dari spesies Calliphora vicina yang periode waktunya
selama 68 jam. Kemudian suhu lingkungan adalah 26,7 OC dan
temeperatur basalnya adalah 2 OC
Sehingga akan
diperoleh nilai :
ADH = 68 X ( 26,7
-2 ) = 1679,6
ADD = 1679,6/24 = 7
Dari perhitungan
tersebut dapat diperkirakan waktu kematian nya adalah 7 hari
LAMPIRAN GAMBAR
(A)
instar III Chrysomya megacephala.
(B) overview TKP.
(C) mayat korban yang
dibakar.
(D) larva lalat yang ditemukan wajah dan kepala
DAFTAR PUSTAKA
1. Erzinclioglu, Z. 2003. Role of
and Technique in Forensic Entomology. In : In : Freedy Richard C. Handbook
of Forensic Pathology second edition.Illionis : College of American
Pathology. p. 747 – 754.
2. James, Stuart H dan Hordby, Jon J. 2005. Forensic Entomology. In:Sorg,Marcella K. Forensic Science An Introduction to Scientific and Investigative Technique
second edition. US : CRC Prers. p. 135 – 164.
3.Lord, Wayne D, Goff M.Lee. 2003.
Forensic Entomology
: Application of Entomological Method to the Investigation of Death. In : Freedy Richard C. Handbook
of Forensic Pathology second edition. Illionis :College of
American Pathology. p. 423 – 432.
4. Gennard DE. Forensic Entomology. Wiley and
Sons Ltd; 2007; p 13-14
5. LiddelHG, Robert S.A Greek English Lexicon Abridge Edition.
UnitedKingdom; Oxford University Press; 1980
Comments
Post a Comment