PEMURNIAN EMAS DENGAN AQUA REGIA (AIR RAJA)
Pemurnian
Emas Menggunakan Aqua Regia adalah salah satu metode yang sering digunakanuntuk
memisahkan logam emas dari berbagai logam lain. Aqua regia
digunakan karena larutan ini mampu melarutkan logam emas dan hampir
semua logam.Untuk memisahkan emas dari logam lainnya, maka logam yang
mengandung emas terlebihdahulu dilarutkan dalam aqua regia. Setelah
semua larut, maka emas diendapkan menggunakanreduktor /
pengendap khusus.
Aqua regia ( air raja )
terbentuk
akibat bercampurnya larutan asam nitrat (HNO3) dan asam klorida (HCl) dengan
perbandingan 1 : 3.Pencampuran 2 jenis larutan
ini menghasilkan peristiwa redoks, dimana pada
akhirnya akan menghasilkan beberapa senyawa kimia baru, dan juga
teroksidasinya ion klor menjadi gas klorin. Reaksi spontan yang terjadi sebagai
berikut :
NO3 (l) + 3 HCl (l)
===> NOCl (g) + Cl2
(g) + H2O (aq) …..(i)
Hasil dari persamaan reaksi kimia di atas hanyalah salah satu
dari banyaknya kemungkinan Varian hasil lainnya. Dari reaksi (i) terlihat bahwa pencampuran larutan HNO3
dan HCl menghasilkan gas klor, dimana gas ini tercipta dari hasil oksidasi
yang dilakukan oleh ion NO3 – pada ion Cl – .Aqua
regia (air raja) mampu melarutkan logam emas, sehingga cairan ini sering
digunakan untuk proses pemisahan dan pemurnian emas dari logam-logam
ikutan lainnya.
III.1.
Persiapan Peralatan Pengolahan
Tak seperti asam nitrat
yang hanya bereaksi dengan sebagian jenis logam, air
raja bereaksi dan melarutkan hampir semua jenis logam. Besi dan nikel yang
merupakan bahan dasar logamstainless steel larut sangat lambat dalam HNO3,
namun bereaksi sangat cepat dalam air raja. Atas dasar ini,
peralatan-peralatan yang digunakan dalam metode klorinasi tidak boleh terbuatdari
logam. Alat-alat yang digunakan harus terbuat dari kaca tahan panas (pyrex)
atau bahan- bahan yang terbuat dari plastik tahan asam.
Alat-alat yang digunakan antara
lain :
· Tabung /wadah tempat dilakukannya reaksi klorinasi. Wadah harus
berupa kaca semacam panci masak pyrex, atau beaker glass, atau erlenmeyer. Jika menggunakan plastik, pakailahwadah
plastik yang kuat dan transparan. Logam-logam dasar yang diklorinasi umumnya
bereaksi sangat cepat, oleh karena itu
gunakan wadah yang relatif besar, khususnya jika dibandingkandengan
volume logam yang akan dimurnikan.
·
Pengaduk batang kaca atau plastik. Pengaduk kaca bisa
diperoleh di took-toko yangmenjual bahan kimia dan peralatan-peralatan laboratorium. Pengaduk berfungsi
untuk
membentuk larutan homogen, dan berbagai keperluan lainnya.
Masker pelindung pernafasan.
Gunakan masker yang baik dan memiliki pori-pori yanghalus. Masker
yang baik adalah masker yang terbuat dari karbon aktif,
atau masker yang menggunakan alat saring dari bahan zeolite atau karbon.
Proses klorinasi menghasilkan gas NOCl dan gas Cl2
yang bersifat oksidator kuat. Gas ini sangat
berbahaya jika terhirup langsung,dan merusak logam-logam yang bersinggungan dengannya. Oleh karena itu, disampingmenghindari
terhirup langsung, juga jauhkan peralatan-peralatan logam dari uap aqua regia
.Pada dasarnya gas buang dari air raja bisa dinetralisir menggunakan
reduktor kuat.
·
Sarung tangan karet tebal yang
mampu melindungi sebagian besar dari tangan danlengan. Perlindungan sarung tangan perlu dilakukan, karena proses pemurnian emasmenggunakan
air raja memiliki tingkat resiko tinggi. Cairan air raja dapat merusak kulit
dan pakaian yang terkena.
·
Kacamata pelindung. Gunakan kacamata plastik yang
mampu melindungi sebagian besar dari wilayah mata dan sekitar mata. Cairan
aqua regia yang terkena mata bisa menyebabkankebutaan permanen.
·
Baju laboratorium atau warepack. Gunakan
baju yang aman, agar kulit tubuh bisaterhindar
dari resiko terpercik cairan air raja dan bahan-bahan kimia lainnya.
·
Pinset penjepit logam yang panjang dan terbuat dari
stainless steel. Pinset berguna saatdilakukan peleburan logam, atau saat
mengambil bagian-bagian kecil yang berbahaya jika kontak langsung dengan
kulit.
·
Kertas saring (kertas filter).
Kertas saring digunakan untuk memisahkan bagian
terlarutdari bagian yang tak terlarut. Kertas ini bisa ditemukan
di toko-toko kimia dan toko-toko yangmenjual peralatan laboratorium.
·
Media dudukan kertas saring. Kertas saring harus
ditempatkan pada media yang mampumeloloskan cairan, namun media tersebut harus
bersifat tahan asam dan asam nitrat. Jenis mediadapat berupa corong kaca pyrex,
atau corong plastik, atau saringan tepung yang terbuat dari plastik.
·
Topless yang terbuat dari kaca atau plastik. Topless
berguna untuk tempat penampungancairan logam yang telah larut dalam aqua regia,
atau untuk proses reduksi larutan emas klorida(tetrakloroaurat).
· Kaca datar untuk penjemuran bubuk putih perak klorida.
·
Burner adalah alat bakar yang mampu menghasilkan suhu hingga 16000C Alat ini berguna untuk melelehkan logam emas dan logam perak yang telah dimurnikan.
Burner umumnya
menggunakan bahan bakar gas. Hati-hati dalam penggunaan burner, pastikan
bahwaanda menggunakan petunjuk pemakaian yang benar.
· Kowi / crushibel. Kowi
merupakan mangkok yang terbuat dari gerabah atau keramik,atau dapat terbuat dari bahan grafit. Kowi yang digunakan harus
memiliki daya tahan yang baik terhadap paparan suhu tinggi.
III.2. Bahan Kimia Yang Dibutuhkan
Pemurnian emas yang dilakukan
menggunakan air raja membutuhkan penggunaan beberapa jenis bahan kimia.
Bahan-bahan kimia yang akan digunakan diuraikan di bawah ini :
1.
Asam nitrat pekat. Senyawa kimia ini memiliki rumus
kimia HNO3. Dalam bahasaInggris, asam nitrat disebut dengan nama
Nitric Acid. Proses klorinasi sebaiknya menggunakan
bahan baku asam nitrat teknis, yaitu asam nitrat yang
memiliki konsentrasi 68%.
2.
HCl pekat / HCl teknis. Nama dagang HCl adalah asam klorida,
atau muriatic acid. HClteknis
biasanya memiliki konsentrasi 32% – 36 %. Konsentrasi HCl bisa turun karena
sifat darilarutan ini yang deliquescence
3.
Garam ferro sulfat (FeSO4)
atau ferro klorida (FeCl2). Garam ini mudah diperoleh ditoko-toko
kimia. Fero sulfat/klorida berfungsi mereduksi ion emas menjadi logamnya.
4.
Garam sodium metabisulfite. Sodium metabisulfite memiliki rumus kimia Na2S2O5.
Senyawa ini juga berfungsi sebagai reduktor ion emas.
5.
Garam HN4Cl (ammonium klorida / ammonium chloride). Garam ini berfungsi
mendeteksi adanya cemaran ion logam platina di dalam logam yang telah terlarut
dalam air raja.
6.
Urea, yang berfungsi untuk proses denitrifikasi.
7.
NaCl (garam dapur). Seperti halnya
proses pemurnian emas menggunakan asam nitrat,salah satu dari
rangkaian proses pemurnian emas menggunakan klorinasi juga membutuhkan larutan
NaCl, yang digunakan setelah selesainya tahap pemurnian emas. NaCl digunakan
untuk memisahkan unsur perak dari unsur-unsur klimia larut lainnya. NaCl
yang baik haruslah garamyang memiliki kadar NaCl yang cukup tinggi. Oleh karena
itu, disarankan anda menggunakan NaCl dari garam industri.
8.
Aquadest sebagai pengencer air raja.
9.
NaOH atau soda api. Soda api digunakan
pada proses substitusi senyawa tak larut perak klorida
menjadi perak oksida.
10.
Borax digunakan pada proses peleburan
logam emas dan perak. Borax berfungsi sebagai fluks selama
berlangsungnya peleburan. Sifat borax yang oksidator membuat lelehan emas
atau perak menjadi bersih dan terhindar dari kontaminasi logam-logam lain yang
sebelumnya masih ada menyertai emas dan perak. Biasanya logam-logam
kontaminan antara lain tembaga dan timbal. Jenis unsur kimia lainnya adalah
jenis metalloid seperti stibium, arsenic, dan tellurium. Kontaminan yang
sedikit dapat dengan mudah dioksidasi oleh borax.
11.
Ca(OH)2 atau kapur masak. Senyawa
kimia ini berfungsi sebagai penetralisir cairan kimia yang terkena
bagian-bagian tubuh kita, terutama cairan yang terpercik saat dilakukannya proseskimia. Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida juga digunakan untuk menetralisir pH air limbah,khususnya
sebelum dilakukan proses sulfidasi cairan logam.
12.
Sodium sulfida atau Na2 Senyawa
kimia ini berfungsi menetralisir limbah cair yang akan dibuang. Limbah cair hasil dari proses klorinasi mengandung ion-ion logam ikutan yang
sebagian diantaranya berbahaya terhadap lingkungan. Penetralan limbah sangat
diperlukan, agar limbah yang dibuang telah aman terhadap lingkungan
III.3. Proses Klorinasi
Proses
klorinasi hanya optimal dilakukan jika logam emas yang akan dimurnikan memiliki
kadar emas tinggi dan kadar perak yang rendah. Perak bereaksi dengan air
raja, menghasilkan 2 jenis senyawa, perak klorida / AgCl yang berupa suspensi putih, dan senyawa kompleks
dikloro argentat yang larut dalam air raja. Kadar perak yang tinggi dalam
bullion yang akan dimurnikan dapat mengakibatkan passifnyalogam terhadap air
raja. Lapisan perak klorida bisa menutupi permukaan logam dari serangan gas klorin,
sehingga proses klorinasi berjalan lamban, atau terhenti sama sekali. Oleh
karena itu, logam paduan emas yang akan dimurnikan sebaiknya memiliki kadar
emas awal minimum 85%, dan kadar perak yang tak boleh lebih besar dari 15%.
Jika bullion yang akan dimurnikan memiliki kadar perak tinggi, sebaiknya lakukan
pemurnian menggunakan asam nitrat, baru kemudian dimurnikan kembali menggunakan air
raja.
Proses
pemurnian emas menggunakan aqua regia terdiri dari beberapa langkah berikut ini
:
1. Pembuatan air raja (aqua regia)
2. Pelarutan bullion emas menggunakan air raja.
3. Penetralan
sisa-sisa oksidator (sisa-sisa gas Cl2, NOCl, dan sisa HNO3)
menggunakan urea.
4. Pengujian
kemungkinan adanya kandungan
logam platina dalam larutan emas
5. Proses
reduksi larutan emas menjadi logamnya, menggunakan FeSO4 atau FeCl2,
atau Na2S2O5
6. Penyaringan lumpur emas menggunakan kertas saring
7. Reduksi ion perak menjadi
endapan perak klorida
8. Penyaringan lumpur perak menggunakan kertas saring.
III.3.1.
Pembuatan air raja (aqua regia)
Air raja (aqua regia) adalah larutan yang dibuat dari
campuran antara larutan asam nitrat (HNO3) dengan HCl dengan perbandingan
volume 1 : 3. Air raja tak bisa disimpan dan ditutup rapat,karena larutan ini
terus-menerus mengeluarkan gas Cl2 dan NOCl yang sangat beracun. Oleh karena
itu, pembuatan air raja harus dilakukan secara terbatas, sesuai dengan
perkiraan minimum pemakaian, dalam hal ini harus mempertimbangkan ukuran bullion yang akan
dimurnikan. Untuk bullion emas seberat 100 gram, perkiraan awal pemakaian air
raja haruslah tak lebih
darivolume total maksimum 800 ml, dimana volume HCl 600 ml dan volume HNO3
200 ml. Pencampuran bisa dilakukan dengan menuang HCl terlebih dahulu, atau
HNO3 terlebih dahulu. Proses pencampuran dilakukan sebagai berikut :
1.
Ambil
larutan HCl 32% dari wadahnya, menggunakan pipet atau pompa plastik.
Pada proses ini, anda harus dilengkapi oleh masker pelindung hidung dan kacamata.
Pengambilan
cairan harus dilakukan di ruang terbuka, atau dibawah cerobong udara
yang menggunakan
exhaust fan. Gunakan juga sarung tangan karet sebagai pelindung tangan dan
lengan.
2.
Pindahkan
larutan HCl yang telah diambil ke wadah pencampuran yang
terbuat dari kacaatau plastik. Cuci dengan air hingga bersih wadah-wadah,
selang-selang, pompa, atau pipet yangdigunakan pada saat proses pemindahan.
3.
Ambil larutan HNO3
dari wadahnya, kemudian lakukan seperti proses (2)
4.
Aduk hasil campuran sebentar, kemudian tutup
atas wadah (jangan ditutup rapat,karena bisa menyebabkan naiknya tekanan
di dalam wadah).
5.
Biarkan
selama 10 menit, hingga terjadi perubahan warna dan munculnya
gelembung-gelembung gas di larutan air raja
6.
Setelah
warna larutan berubah dari kuning transparan menjadi agak merah, encerkan
air raja (menggunakan air) dengan perbandingan 1 : 2, dimana volume air
sebanyak 2x volume air raja.
III.3.2.
Pelarutan Bullion Emas Menggunakan Air Raja
1.
Masukkan
air raja ke media reaksi yang terbuat dari kaca tahan panas (kaca pyrex).
Media reaksi sebaiknya berupa beaker glass yang tahan api. Beaker glas yang digunakan
sebaiknya terhubung melalui pipa kaca ke media air, untuk menyuling gas yang
keluar dari media kaca. Gas yang keluar selama berlangsungnya reaksi
kimia sangat beracun, pengamanan maksimal sangat dibutuhkan.
2. Masukkan bullion
emas yang akan dimurnikan ke dalam beaker yang telah diisi oleh
air raja
3.
Panaskan
media reaksi (beaker glass) di atas kompor pemanas
gas atau kompor listrik. Jika menggunakan pemanas gas, lapisi
bagian bawah dari beaker glass dengan kawat kasa yangdilapisi oleh asbes. Atur
panas dari kompor, dan jangan menggunakan panas yang berlebihan
4.
Emas
yang masuk ke air raja bereaksi lambat pada suhu kamar, reaksi meningkat
saat panas dinaikkan. Panas yang terlalu tinggi akan menyebabkan kemungkinan potensimenguapnya
sebagian kecil dari larutan emas.
5.
Reaksi kimia pelarutan emas bisa dilihat secara visual, berupa
keluarnya gelembung-gelembung dari sekitar bullion, dan warna asap yang
kuning kecoklatan. Reaksi dianggap selesai saat uap yang keluar berwarna putih.
6.
Jika
reaksi selesai, matikan pemanas dan biarkan sekitar 10 menit
hingga beaker glassdan cairan di dalamnya menjadi dingin
7. Tuangkan cairan
ke wadah
tersendiri yang terbuat dari kaca atau plastik.
8.
Jika
masih ada sisa bullion emas di media reaksi, tambahkan kembali air raja,
ulangikembali proses (7) hingga (13).
9.
Jika stok air
raja telah habis namun masih ada sisa bullion emas di media
reaksi, lakukankembali proses (1) hingga (13), hingga tak tersisa logam emas di
media pereaksi. Hasil pelarutan emas menggunakan air raja adalah larutan emas
yang berwarna agak merah terang. Ada kemungkinan ditemukan sedikit lumpur putih
yang merupakan endapan perak I klorida. Untuk memisahkan endapan perak I klorida dari larutan emas
lakukan penyaringan menggunakan
kertas saring.
Setelah semua cairan emas tersaring, tersisa sedikit endapan
lumpur perak I klorida di kertas saring. Sisa cairan emas masih menempel di
kertas saring, bersama-sama dengan lumpur perak Iklorida. Sisa cairan yang
menempel di kertas saring selanjutnya dibilas menggunakan semprotan air, sehingga
lumpur perak klorida yang menempel di kertas saring terbebas dari sisa-sisa
cairan emas.
III.3.3. Penetralan sisa-sisa oksidator (sisa-sisa gas NOCl, dan sisa larutan HNO3) menggunakan urea.
Air yang mengandung ion emas disebut
secara ilmiah “tertra kloro aurate”. Larutan ini tak hanyamengandung ion emas
klorida, namun masih juga menyisakan sebagian gas NOCl dan larutan HNO3 yang
belum bereaksi. Larutan HNO3 yang belum bereaksi umumnya bisa
menimbulkankesulitan dalam proses pengendapan emas. Oleh karena itu sisa-sisa
larutan ini perlu diuraimenggunakan urea. Urea bereaksi dengan larutan terta
kloro aurat secara endotermik, dimana reaksi menyebabkan larutan menjadi
dingin. Saat anda memasukkan urea ke dalam larutan, suhu larutan menurun dari titik
awalnya. Agar reaksi berlangsung cepat,
dibutuhkan pengadukan selama proses pencampuran
tersebut. Lakukan penambahan urea
secukupnya (sebaiknya jangan kurang) hingga larutan
Menjadi dingin. Setelah reaksi, diamkan larutan emas selama 30 menit.
III.3.4.
Pengujian Kemungkinan Adanya Ikutan Platina di Dalam Larutan Emas
Ada kemungkinan emas yang dilarutkan
menggunakan aqua regia mengandung sedikit
logam platina. Kandungan platina bisa menyebabkan ketidakmurnian emas, dan menampilkan warna
emas yang kuning pucat.Untuk menguji adanya kemungkinan emas yang dilarutkan
mengandung platina, perlu
dilakukan pengujian kandungan platina menggunakan larutan
ammonium klorida (NH4Cl). Masuk
kan sedikit tepung NH4Cl ke dalam larutan emas yang telah selesai
dari peroses pencampuran denganurea, aduk beberapa saat. Jika
setelah pengadukan ditemukan adanya endapan berwarna kuning
telur, dipastikan larutan emas juga mengandung ion platina. Jika larutan
mengandung platina, lakukan pemasukan tepung
NH4Cl bertahap, hingga pada
akhirnya pembentukan endapan kuning telor yang baru terhenti (cairan tetap
bening meskipun diberi amonium klorida yang baru secara berlebihan). Saring
endapan kuning ini, bilas endapan menggunakan air tawar di atas
saringan kertas. Namun jika pada saat pengujian awal adanya kemungkinan platina tak menimbulkan endapan
kuning, maka proses pengendapan emas sudah bisa dilakukan.
III.3.5.
Pengendapan Emas
Pengendapan emas dari larutannya adalah reaksi
kimia redoks, dimana larutan yang digunakan
bersifat reduktor, yang mereduksi ion emas menjadi logamnya. Ada 2 jenis pengendap emas
yang sering digunakan untuk mengendapkan logam emas dari larutan emas tetra
kloro aurat ; larutan besi II, dan larutan sodium metabisulfite. Larutan besi
II adalah larutan ion besi II (Fe2+) dengan anion lain (seperti
Cl – dan SO42-). Dalam bentuk
kristalnya, besi II bisa berupa kristal FeSO4 (fero
sulfat) atau FeCl2 (fero klorida). Namundi pasaran, kita lebih mudah
menemukan kristal FeSO4 daripada FeCl2.
III.3.5.1.
Pengujian Kecukupan Urea
Apakah pemberian urea untuk
menetralisasi kelebihan ion nitrat telah cukup? Untuk mengujinya
ialah dengan memasukkan larutan FeSO4 ke dalam larutan emas. Jika setelah kristal
FeSO4
dimasukkan ke dalam larutan emas terbentuk endapan coklat yang tak terlarut lagi
(kuantitas endapan tetap), maka dapat dikatakan bahwa
proses netralisasi HNO3 dianggap
telahsempurna. Namun jika pengadukan menghasilkan endapan coklat yang kemudian larut kembali (atau berkurang
jumlahnya), dapat dipastikan pemasukan urea perlu dilakukan kembali.
III.3.5.2.
Pengendapan Emas Menggunakan Larutan Besi II
Setelah proses III.3.5.1. selesai
dilakukan, selanjutnya kita melangkah ke proses pengendapan emas menggunakan
zat pengendap larutan ferro sulfat (FeSO4). Langkah-langkahnya sebagai berikut
:
1.
Larutkan garam FeSO4
ke dalam air tawar secukupnya
2.
Masukkan larutan FeSO4
ke dalam larutan emas, aduk perlahan, dan biarkan sejenak. Jikalarutan
memang mengandung emas, akan terbentuk endapan berwarna coklat kekuningan
saatdilakukannya proses pengadukan
3.
Tambahkan larutan FeSO4
secara bertahap, diamkan kembali, demikian seterusnya.
4.
Proses penambahan dihentikan setelah tak terbentuknya endapan baru.
5.
Saring
endapan lumpur coklat di atas kertas saring, bilas dengan
air tawar secukupnya. Endapan lumpur coklat yang tertahan di atas kertas saring adalah emas hasil pemurnian
menggunakan aqua regia.
III.3.5.3. Pengendapan Emas Menggunakan Larutan Sodium Metabisulfite
Di pasaran, sodium metabisulfit sering disebut dengan
singkatan SMB. Proses pengendapan menggunakan sodium metabisulfite pada
dasarnya sama dengan proses III.
3.5.2. Namun perbedaannya, emas yang mengendap
kemungkinan juga bisa
mengandunglogam perak yang berasal dari ion kompleks Ag(Cl2) – . Proses pengendapan
Menggunakan sodium metabisulfite bisa dilakukan
menggunakan contoh pengendapan menggunakan ferosulfat.
III.4. Peleburan Emas
Lumpur emas yang telah mengering siap dilebur
menggunakan burner gas.
1.
Langkah awal adalah menempatkan lumpur kering ke dalam kowi.
2.
Campur lumpur
dengan borax secukupnya, dan tutupi
bagian atas lumpur dengan borax.
3.
Bakar lumpur dengan burner gas, lakukan dahulu secara perlahan. Saat lumpur dan boraks mulai cair (meleleh), api bisa lebih dipanaskan hingga semua butiran emas mengumpulmenjadi
satu.
4.
Jika
saat butiran emas telah menyatu namun terdapat titik merah di bagian atas
butiranlogam cair tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pemurnian tak berjalan sempurna. Terhadapkeadaan ini, tambahkan borax ke
atas cairan logam emas sedikit demi sedikit (sambil tetapdibakar), hingga
cairan emas menjadi mengkilap semuanya (tanpa noda merah di atasnya).
5.
Hentikan
pembakaran, dinginkan selama 30 menit.
6. Ambil
bullion emas dari kowi menggunakan pinset. Proses yang berlangsung
sempurnamenghasilkan logam emas yang kuning mengkilap.
7.
Pukul
logam emas menggunakan palu di atas lempengan besi datar, agar semua
sisa boraks yang menempel lepas dari permukaan logam emas.
8.
Jika masih
tersisa sedikit boraks yang menempel, rendam bullion emas
dalam mangkok plastik yang berisi soda api cair. Lakukan proses
ini selama 30 menit.
Comments
Post a Comment